Menurut McKinsey and Company di New York, Amerika Serikat, satu dari
tiga konsumen Jepang kapok membeli mobil listrik. Jika ingin membeli
mobil baru, mereka akan pindah ke lain hati, mobil dengan mesin
konvensional.
"Mobil listrik dinilai tidak tahan lama. Nasibnya sama dengan ponsel
lama atau pemutar kaset. Anak-anak lebih menyukai iPod," komentar Dave
Sullivan, Manajer Analisis Produk dari Auto Pacific Incorporated, yang
dilansir Inautonews.
Laporan menunjukkan, sebagian konsumen tidak dibekali informasi cukup
tentang mobil listrik. Keputusan mereka membeli untuk sekadar ingin tahu
dan memperoleh pengalaman baru.
Iming-iming biaya operasional murah, subsidi pemerintah, dan uji coba
oleh jaringan pemasaran berhasil merayu konsumen. Sebaliknya, tagihan
listrik rumah tangga membengkak. Di samping itu, masih sulit mencari
tempat pengisian baterai.
Hasil studi tersebut merupakan preseden buruk bagi produsen mobil
listrik, terutama di Amerika Serikat. Pasalnya, minat konsumen di negara
itu terhadap mobil listrik masih rendah.
Tahun lalu, penjualan mobil listrik memang naik tiga kali lipat, 50.000
unit, tetapi jauh dari ekspektasi. Bahkan pemerintah Obama pernah
menargetkan penjualan mobil listrik di Amerika Serikat mencapai 1 juta
unit pada 2015. Kenyataan masih jauh dari harapan!
0 komentar:
Posting Komentar